Selasa, 01 September 2009

SIKAP JUJUR DALAM DOA

II RAJA-RAJA 20 : 1 – 11

Dalam kitab 2 Raja-Raja kita mengenal tentang dua figur Raja Israel yang amat bertolak belakang kehidupannya. Pertama adalah Raja Hosea dan kedua adalah Raja Hiskia. Raja Hosea adalah Raja di Kerajaan Utara yang prilaku hidupnya jahat dan tidak berpaut kepada Tuhan, suka akan penyembahan berhala. Sedangkan Hiskia adalah Raja Kerajaan Selatan yang sangat terpuji prilakunya, karena dia adalah Raja yang terkenal baik dan selalu berpaut kepada Tuhan.

Bagaimana akhir hidup dari kedua raja ini ? dalam kitab 2 Raja-Raja pasal 17, di sana diungkapkan bahwa kehidupan Raja Hosea berakhir dengan kehancuran di mana Raja Asyur menangkap dia dan memasukkannya dalam penjara, sementara rakyatnya di buang ke Asyur. Ini adalah akhir hidup dari Raja Hosea. Akhir hidup dari seorang Raja yang telah melakukan kejahatan di mata Tuhan.

Lalu bagaimana akhir hidup dari Raja Hiskia ? dalam perikop yang kita baca, akhir hidup Raja Hiskia justru diperpanjang oleh Tuhan selama 15 Tahun. Raja Hiskia mestinya sudah mati (itu yang dikabarkan oleh nabi Yesaya), tetapi ia mendapat bonus usia sebanyak 15 tahun.

Dalam masyarakat kita, kabar tentang kematian banyak kita jumpai. Pendeta sendiri mengalami sendiri berita kematian itu. Ketika dokter yang menangani ayah saya mengatakan kalau ayah saya akan segera mati. Penyakitnya yakni ginjal sudah kehilangan fungsi. Tidak bisa ditolong lagi. Sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama, ayah saya pun meningggal.

Tetapi kabar tentang bonus umur panjang jarang kita dengar. Beberapa waktu yang lalu ada seorang ibu dalam ulang tahunnya bersaksi bahwa mestinya ia sudah mati. Mengapa, karena beberapa waktu yang lalu ia mengalami kecekaan dan terlempar dari motor. Tetapi tidak mengalami apa-apa. Ibu ini pun bersaksi bahwa dia mengalami panjang umur. Tetapi dia tidak mengatakan kalau ia mendapat bonus usia sekian tahun. Kenapa, sebab ia tidak tahu berapa lama lagi ia akan hidup.

Lain hanya dengan Hiskia, kepadanya oleh Nabi Yesaya diberitahukan bahwa Tuhan akan memperpanjang 15 tahun hidupnya. Dan sebenarnya, bukan hanya perpanjangan umur yang diterima oleh Raja Hiskia. Namun ia juga menerima kesembuhan atas penyakitnya yang sudah parah dan pembebasan kota dari kekuasaan Raja Asyur.

Apa sebenarnya rahasia dari kehidupan Hiskia ? sehingga Tuhan sangat mengasihinya, dan karena itu Tuhan menyembuhkan penyakit Hiskia, memperpanjang umurnya dan membebaskannya dari kekuasan Asyur. Menurut saya ada dua hal mengapa Tuhan sangat mengasihi Hiskia.

Pertama, pasal 20:2 mengatakan “Hiskia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa ke pada Tuhan…”. Jadi Hiskia berdoa kepada Tuhan. Hiskia merendahkan diri dalam doa kepada Tuhan. Dan inilah salah satu alasan mengapa Tuhan sangat mengasihi-nya. Karena Hiskia berdoa kepada Tuhan dan Tuhan mendengar doa-nya (perhatikanlah ayat 5 yang mengatakan : “telah Kudengar doamu”).

Hal ini menerangkan suatu fakta bahwa Tuhan ingin agar orang percaya berdoa kepada-Nya. Pertanyaan kita adalah mengapa orang Kristen harus berdoa. Dan sebenarnya apa itu doa ? Nah…doa adalah suatu privilege (privelegium = hak yang diberikan sebagai keistimewaan) dari Allah kepada manusia. Privilege itu diberikan demi kepentingan manusia, supaya manusia dapat berhubungan dengan Penciptanya.

Dan hak istimewa inilah yang di sadari betul oleh Hiskia, pada saat ia dikabarkan akan mati akibat sakitnya yang sulit disembuhkan. Jadi Hiskia tidak datang kepada Tuhan karena ia sudah kepepet, putus asa, atau seorang yang tidak berdaya karena sakit nya yang parah dan akan segera mati.

Suatu kebiasaan yang banyak terjadi sekarang ini. Di mana nanti setelah kita tidak berdaya baru kemudian kita mencari doa. Kadang-kadang pendeta merasa prihatian, kalau mendengar ada orang Kristen (jemaat) yang mencari pendoa-pendoa dari satu pendoa ke pendoa yang lain. (biar ada di ujung mana cari sampai dapat). So berdoa kepada si A, tetapi karena merasa lama jawaban Tuhan akhirnya pindah lagi pada Si B, begitu seterusnya. Sehingga akhirnya kita memperlakukan para pendoa -pendoa itu seperti halnya seorang dukun. Mana yang paling jago berdoa.

Kalau ini masih menjadi sikap kita sampai saat ini, tinggalkan cara ini karena cara ini tidak Alkitabiah. Tidak bisa dipertanggungjawabkan secara alkitabiah. Apalagi pendoa itu sudah menciptakan ketergantugan dari mereka yang datang berdoa.

Hiskia tidak mencari siapa-siapa supaya doanya didengarkan oleh Tuhan. Tetapi Hiskia sadar bahwa Tuhan telah memberi hak istimewa kepadanya supaya berhubungan dengan Tuhan. Yaitu berdoa. Karena dengan berdoa Hiskia dapat mengemukakan apa pergumulannya dan apa harapannya.

Oleh karena itu, kita di ajar untuk jangan ragu berdoa dan jangan malas berdoa. Karena Tuhan Yesus memberi tempat yang begitu penting kepada doa dalam hidup-Nya sehari-hari. Dalam Injil Markus, Matius dan Lukas banyak kejadian yang dicatat, bagaimana Tuhan Yesus menyepi untuk berdoa seorang diri. Markus 1:35 misalnya berkata : “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat sunyi dan berdoa di sana”. Di Matius 14:23 “Dan setelah orang banyak disuruhNya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri”. Dan di Lukas 6:12 “Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah”.

Menarik untuk di simak bahwa ketiga ayat itu memberikan keterangan tentang waktu Tuhan Yesus berdoa, yaitu pagi, petang dan malam. Dari sini kita mengerti mengapa Tuhan Yesus menyuruh kita berdoa, bukan sekali-sekali, melainkan setiap hari. Artinya : setiap hari orang Kristen harus menyediakan waktu untuk memelihara hubungan dengan Tuhan. (bukan berdoa tempo-tempo atau waktu-waktu, tetapi tiap hari. Setiap hari kita dapat berdoa kepadanya).

Kalau saudara kekurangan waktu untuk berdoa dan saudara merasa terlalu sibuk untuk berdoa tentang banyak hal. Jemaat kita ada senin berdoa. Dan di situ diberikan waktu selama dua jam untuk berdoa. Dan kita berharap program senin berdoa jemaat tidak hanya sekedar program. Tetapi program ini adalah sarana yang diberikan Tuhan untuk menjangkau dan menggumuli pelayanan Gereja. Dan setiap pelayanan Gereja mutlak membutuhkan dukungan doa. Sebagaima lampu memerlukan kabel sebagai sarana dengan sumber listrik, begitu pula Gereja, kita memerlukan doa sebagai sarana penghubungan dengan sumber hidupnya.

Hal yang kedua, kalau kita sudah mempunyai sikap yang mantap untuk bedoa. Apalagi yang diperlukan oleh Tuhan dalam hal kita berdoa kepadanya. Ayat 3 mengatakan “…kemudian menangislah Hiskia dengan sangat”. Dan ayat 5 : “…telah kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu…”.

Apakah yang dimaksudkan dengan Hiskia menangis. Apakah ini memberi petunjuk bahwa cara berdoa orang Kristen harus menangis menangis. Supaya doa kita didengar oleh Tuhan.

Mengapa Hiskia menangis. Hiskia adalah seorang Raja yang sangat berjasa dalam kehidupan iman dan politik Kerajaan Selatan atau Yehuda, tetapi kini ia merasa tidak berdaya di hadapan Allah ketika ia sakit keras dan mau mati. Jadi Hiskia menangis karena ia tidak kuasa menolak kenyataan hidup yang menyedihkan. Di mana akhirnya dia sendiri juga harus mati. Padahal Hiskia masih punya tugas untuk merefomasi kehidupan rohani umat Tuhan secara keseluruhan.

Dan tangisan Hiskia ini bukanlah sebuah kepura-puraan atau sandiwara belaka. Tapi tangisan Hiskia ini memperlihatkan tentang penyesalan akan kelemahan dan keterbatasannya di hadapan Tuhan. Hiskia merendahkan diri di hadapan Allah. Dengan hati yang hancur dan menangis, karena ia mengakui segi-segi kekurangan dan kelemahan dirinya. Walaupun seperti pengakuannya ia mengatakan : “…aku telah hidup di hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mata-Mu”.

Seorang Hiskia yang nyata-nyata diakui kebaikannya, toh ia harus mengakui segi-segi kekurangan dan kelemahannya. Apalagi kita ! apakah kita juga sering mengakui segi-segi kekurangan dan kelemahan kita.

Kita belajar di sini bahwa dalam memohonkan sesuatu kepada Tuhan terlebih dahulu kita harus mengakui segi-segi kekurangan dan kelemahan kita dengan tulus. Karena Tuhan menghendaki kita mengakui setiap kesalahan dan dosa, agar disucikan Allah dan siap menerima berkatnya. Yesaya 59 : 2 berkata tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu”. Dan Yeremia 5 : 25 “kesalahanmu menghalangi semuanya ini, dan dosamu menghambat yang baik dari padamu”.

Jadi menangis dan air mata tidak ada hubungan dengan berkat Tuhan. Yang ada adalah jika kita mesti menangis dan mengeluarkan air mata, itu karena kita menyesali segi-segi kekurangan dan kelemahan kita atau dosa dan kesalahan kita.

Ini juga yang terjadi pada Hiskia. Hiskia bukan hanya menangis, tetapi ia juga mengakui segi-segi kekurangan dan kelemahannya. Dan inilah yang mengubah ketentuan Allah tentang kematiannya. Allah berfirman kepada nabi Yesaya, “Baliklah dan katakanlah kepada Hiskia raja umat-Ku : Beginilah firman Tuhan, Allah Daud, bapa leluhurmu : telah kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu; sesungguhnya Aku akan menyembuhkan engkau engkau; pada hari yang ketiga engkau akan pergi kerumah Tuhan (20:5).

Iman Kristen pada satu pihak percaya akan ketentuan Allah terhadap kehidupan dan kematian manusia. Namun pada pihak lain, kita belajar di sini, bahwa iman Kristen juga percaya, bahwa ketentuan Allah bukan sesuatu yang (serba) mutlak. Ketentuan Allah itu dapat diubah atau berubah, dan perubahan tersebut ditentukan oleh sikap manusia dalam wujud pertobatan, penyesalan dan pengakuan dosa, yang akan diperhitungkan Allah.

Ini berarti sikap kejujuran di hadapan Allah, adalah syarat mutlak yang dikehendaki Tuhan dalam didup orang percaya. Belajar dari Hiskia, Allah menyediakan janji-janji-Nya yang menghidupkan dan menyelamatkan kepada mereka yang selalu berserah dan bergantung dalam kejujuran bukan kepura-puraan kepada-Nya. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar