Senin, 31 Mei 2010

Gebala Yang Pandir

Zakaria 11 : 1 – 12
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Apabila dalam suatu kelompok masyarakat memiliki seorang pemimpin, tapi kemudian masyarakat itu sendiri tidak merasakan adanya seorang pemimpin, karena sang pemimpin tidak lagi melaksanakan kepemimpinannya dengan baik. Biasanya apa yang akan kerjadi? Yang akan terjadi adalah keos atau kekacauan.
Saya jadi ingat, presiden Suharto ketika dimarah, dihujat dan dibenci oleh mahasiwa yang berdemonstrasi, yang akhirnya dia harus melepaskan kepresidenya. Apa yang terjadi, Jakarta sempat goncang atau terjadi keos (kekacauan). Sehingga orang seperti merasa tidak bersalah merusak dan menjarah, malah ada yang mempererkosa.
Jadi yang terjadi adalah orang mengabaikan aturan, hukum dan bertindak semau gue. Mengapa, karena pemimpin telah kehilangan wibawa dihadapan banyak orang.
Pengalaman atas peritiwa ini, saya gunakan sebagai pengantar khotbah untuk memberi perbandingan dengan apa yang sedang terjadi pada bangsa Israel pasca pembuangan. Di mana ketika Israel pulang dari pembuangan dan kembali ke tanah asalnya, yaitu Yehuda. Mereka mengalami apa yang disebut dengan krisis jati diri. Mereka mendapati Bait Allah yang merupakan simbol kehadiran Allah telah hancur lebur, mereka juga mendapati para pemimpin mereka hanya memikirkan diri sendiri, termasuk pemimpin-pemimpin rohani. Akibatnya, prilaku hidup selama dipembuangan terus terpelihara hingga mereka ada di tanah asalnya, Yehuda. Apa yang mereka lakukan, antaranya sinkritisme (agama campur-campur). Percaya kepada Allah, tetapi juga percaya pada allah-alah lain. Demikian juga mereka hidup dengan prilaku yang buruk. Semena-mena tanpa hukum dan aturan.
Dan karena kondisi inilah, Zakaria diutus oleh Tuhan untuk mengingatkan mereka. Bahwa Allah mengingat mereka yang telah kembali ke tanah asalnya dari pembuangan. Sebab itu zakaria, merupakan symbol dari maksud Tuhan itu. zakaria artinya Tuhan sudah mengingat. sehingga tujuan dari nubuat-nubuat Zakaria adalah bermaksud untuk mengingatkan bangsa Israel supaya mereka bertobat sebelum penghukuman benar-benar terjadi. Atau sebelum malapetaka benar-benar terjadi pada mereka. Dan kedua, untuk mengingatkan Israel bahwa hanya Tuhanlah satu-satunya penolong. Yang sanggup melepaskan mereka dari beban penderitaan yang berlanjut setelah pembuangan.
Untuk perikop ini, yang zakaria hendak ingatkan adalah para gembala. Siapakah yang dimaksud dengan para gembala ini? Gembala dalam pengertian harafianya adalah seorang yang menjaga dan memelihara kawanan domba. Sehingga pada masa Israel, tidak susah untuk memehami siapa itu gembala. Pasti mereka akan mengatakan sebagai penjaga domba.
Tetapi yang zakaria sampaikan di sini adalah gembala dalam arti simbolik. Sebaimana para penulis perjanjian baru bicara tentang gembala secara simbolik. Yang menunjuk kepada pribadi yang bernama Yesus Kristus, sang Gembala agung.
Lalu siapa mereka yang dimaksudkan oleh Zakaria. Tentu bukan Yesus, tetapi yang dimaksudkan adalah mereka yang dipercayakan Tuhan untuk memberi pelayanan rohani pada umatnya.
Kepada mereka firman Tuhan berbicara : “gembalakanlah domba-domba sembelihan itu! Seudara-saudara, apabila kita mempunyai seekor binatang yang kita sayangi, kita rawat dia, kita mandikan dia, kita beri makan dia, kita lindungi dia – tapi setelah itu kita potong dia. Apakah saudara tega untuk melakukan itu? Pasti tidak. Pendeta ingat suatu cerita, ada seorang ibu yang anjing kesayangannya di ‘potas’ (dibius dengan dosis kuat), tapi tidak sempat di bawa pencuri. Mau tidak mau di potong saja dan di makan. Tapi ditanya, ibu kenapa tidak makan RW, apa yang dia katakan : saya tidak bisa makan anjing yang setiap hari saya rawat dan beri makan.
Saudara-saudara, sungguh ironis bunyi firman ini. umat Israel digambarkan sebagai domba-domba sembelihan. Yang siap di potong dan dijual di pasar. Biasanya kalau siap dipotong dan dijual, mesti ada pembeli dan penjual. Keadaan umat Israel sudah seperti yang digambarkan oleh zakaria ini yaitu sebagai domba sembelihan, oleh penjual mereka tidak dikasihani dan disayangi lagi. Tetapi oleh pembeli, mereka siap untuk dikorbankan dan disantap.
Seorang ahli Alkitab mengatakan, para penjual ini adalah para pemimpin rohani. Sedangkan para pembeli ini adalah pihak penjajah atau bangsa-bangsa asing yang masih menguasai bangsa Israel.
Gembalakanlah domba-domba sembelihan itu! Menurut hemat saya, ini merupakan kritikan keras dari nabi zakaria bagi para pemimpin Israel waktu itu – yang tidak lagi memperhatikan umat. Yang tidak lagi memiliki belas kasih dan mempedulikan mereka. kegembalaan mereka hanya untuk kebaikan perut mereka. hanya untuk kepentingan pedagang-pedagang domba. (Ayat 7).
Sehingga akibat ulah mereka. Tuhan akan mengambil kembali dua Tongkat yang diberikan kepada mereka. yaitu tongkat kemurahan dan tongkat ikatan. Tongkat kemurahan melambangkan perjanjian Allag dengan bangsa Israel. Tongkat ikatan melambangkan persaudaraan antara Yehuda dan Israel. Akibat perbuatan mereka, kedua tongkat itu akan dipatahkan. Dan dalam sejarah perjalanan Israel, nubuat ini benar menjadi kenyatakan. Perjanjian Allah tidak hanya khusus bangsa Israel saja. Dan kedua, ikatan persaudaraan antara Yehuda dan Israel makin jauh. Jadi baik sebelum pembuangan dan sesudah pembuangan mereka akan terus berpisah. Kalau ada di cerita perjanijian baru tentang orang samaria yang dibenci oleh orang Israel. Ini ada latar belakang perpecahan ini. Samaria adalah pusat kota Yehuda dan Yerusalem adalah pusat kota Israel.
Itulah penghukuman yang akan mereka terima apabila tugas kegembalaan tidak dilaksanakan dengan baik dan benar. Dan gembala yang tidak melaksanakan tugas-tugas kegembalaannya dengan baik dan benar adalah gembala yang pandir atau bodoh dalam istilah zakaria. Mereka disebut pandir, bukan karena mereka tidak bisa pidato atau berkhotbah. Bukan itu maksudnya, melainkan buah dari perbuatan mereka akan menghancurkan banyak orang. Bahkan menghancurkan masa depan yang baik bagi Israel.
Saudara-saudara, apa ciri-ciri gembala yang pandir menurut zakaria?
Pertama, dia tidak mengindahkan yang lenyap. Jadi gembala seperti ini tidak pusing lagi kalau ada domba yang tidak pernah lagi kelihatan. Jadi kalau tidak lagi kelihatan dalam persekutaun umat, ibaik ibadah atau pelayanan yang lain. dibiarkan saja. Karena berpikir masih banyak domba yang lain.
Kedua, dia tidak cari yang hilang. Gembala seperti ini tidak lagi berulang kali menanyakan apabila ada domba yang hilang. Biarkan saja lepas. Tidak usaha untuk mencari dan merangkunya kembali.
Ketiga, dia tidak menyembuhkan yang luka. Inilah gembala yang hanya memikirkan diri sendiri. Jangan heran dengan gembala seperti ini, sebab dia tidak mau berkorban untuk kepentingan dombanya. Boro-boro mengurus pergumulan orang, mengurus pergumulan sendiri saja sudah tidak punya waktu.
Keempat, dia tidak memelihara yang sehat. Sehat berarti sejahtera. Mungkin ini pikiran gembala seperti ini. Artinya tidak usah diurus lagi bila mereka sudah sehat. Padahal salah anggapan ini, karena yang sehat bila tidak dipelihara pasti akan sakit. Sama dengan tubuh kita, biapun sehat…tapi kalau tidak dipelihara…dikontrol makannya…pasti sakit.
Kelima, dia hanya mencari keuntungan. .Ayat 16 akhir mengatakan, gembala seperti ini adalah gembala yang memakan daging dari yang gemuk dan mencabut kuku mereka. Gembala seperti ini adalah gembala yang pilih-pilih kasih. Gembala seperti ini hanya mau melayani kalau ‘gemuk’ di situ, atau orang kaya di situ. Jadi gembala seperti ini, kalau memberi untung baginya dia cepat-cepat melayani, tapi kalau tidak….tunggu dulu..sibuk atau tidak punya waktu.
Keenam, dia meninggalkan domba-domba. Ini gembala yang tidak bertanggung jawab. Domba membutuhkan makan dan minum, tetapi gembala tidak memberi mereka makan dan minum. Apa akibatnya – bisa mati. Jadi kalau ada gembala yang lari-lari dari penugasannya…akibatnya tidak baik bagi domba-dombanya. Adakalanya , ada juga gembala-gembala yang seperti itu..yang suka lari dari tanggung jawab pelayanannya.
Saudara-saudara,
Zakaria bukan hanya mengingatkan bangsa Israel, tapi dia juga sedang mengingatkan kita sekarang ini lewat firman Tuhan. Apa yang diingatkan oleh zakaria bagi kita, saat ini yaitu tentang tugas-tugas kegembalaan. Siapakah Gembala itu, tentu bukan hanya pendeta, tapi juga dengan penatua dan syamas yang dipercayakan Tuhan untuk melayani umat. Tata gereja GMIM tahun 2007 mengatakan…yang melaksanakan pengembalaan itu yakni anggota sidi jemaat yang telah menerima panggilan pelayanan Yesus Kristus melalui pemilihan, penetapan, peneguhan dan pemberian diri sepenuhnya untuk tugas gerejawi guna memperlengkapi seluruh anggota gereja. mereka itu adalah syamas, penatua, guru agama dan pendeta yang disebut sebagai pelayan khusus”.
Belajar dari firman ini, kerjakan tugas-tugas kegembalaan dengan baik. Karena mendapat kepercayaan sang Gembala agung. Jangan sungut-sungut, jangan hitung-hitung, lakukan dengan gembira. Kata firman : upahmu besar di sorga dan pada waktunya engkau akan memperoleh kemenangan.
Tapi peringatan bagi yang melalaikan tugas-tugas kegembalaan, Tuhan bisa mencabut berkat, seperti Tuhan mematahkan tongkat kemurahan dan tongkat ikatan. Supaya jangan sampai terjadi, apa yang dikatakan zakari pada ayat 17 “pedang menimpa lengannya dan dan menimpa mata kanannya”. Apa artinya, ada penghukuman Tuhan bagi bagi orang yang mengabaikan tugas-tugas kegembalaannya. Amin.

HARI TUHAN

Zakaria 14 : 1 – 21

Ada dua macam kabar dalam hidup manusia, yaitu kabar baik dan kabar buruk. Saya berikan contoh, Seorang ibu yang terpisah jauh dengan anaknya, akan merasa amat bahagia jika mendengar kabar kalau anaknya berhasil dalam studinya, atau anaknya berhasil dalam pekerjaannya. Ini berarti kabar baik baginya. Tetapi ibu yang sama, akan merasa “kacau” hidupnya jika ia mendengar bahwa hasil pemeriksaan kesehatan menunjukkan bahwa ia mengidap penyakit kanker ganas. Berarti ini menjadi kabar buruk baginya. Kabar yang bisa membuat ibu ini tidak bisa makan dan tidur.
Dalam hidup manusia, kita bisa mengalami kabar baik dan kabar buruk. Dan orang cenderung mendengar kabar baik dari pada kabar buruk. Saya punya tante, kalau berjumpa, maka yang pertama akan ia tanyakan adalah “ada kabar baik apa?”, maka saya akan jawab “baik-baik tante”. Walaupun sebenarnya, saya mungkin punya masalah. Makanya dalam percakapan bahasa inggris dasar, pertanyaan pertama bila orang berjumpa dengan seseorang adalah How are you? Maka orang yang disapa akan jawab “I am fine, thank You. Dengan kata lain, orang cenderung ingin mendengarkan kabar yang baik, walaupun kabar yang sebenarnya berbeda.
Saya ingin mengungkapkan hal ini, karena kebutuhan kita adalah selalu ingin mendengarkan kabar yang baik. Seperti kebutuhan kita ingin mendengarkan khotbah yang baik dan menarik. Demikian pun bangsa Israel, mereka akan selalu menanti pesan Allah apa yang akan disampaikan oleh para nabi. Dan sama seperti kita, mereka pun menunggu nubuat baik apa yang akan disampaikan oleh nabi-nabi Tuhan. Dan karena kecenderungan ini, muncul banyak nabi palsu yang hanya mau memberitakan hal-hal baik saja atau hal-hal yang mengenakkan. Sementara itu, nabi-nabi yang memberitakan hal-hal buruk bagi bangsa Israel sering ditolak atau tidak diterima keberadaannya.
Saudara-saudara, seperti apakah nubuat nabi Zakaria – sehingga sering ada penolakan dari orang yang mendengarnya? Ayat 1,2 “sesungguhnya, akan datang hari Tuhan, maka jarahan yang dirampas dari padamu akan dibagi-bagi di tengah-tengahmu. Aku akan mengumpulkan segala bangsa untuk memerangi bangsa Yerusalem; kota itu akan direbut, rumah-rumah akan dirampoki dan perempuan-perempuan akan ditiduri. Setengah dari penduduk kota itu harus pergi ke dalam pembuangan, tetapi selebihnya dari bangsa itu tidak akan dilenyapkan dari kota itu. Dengan kata lain zakaria bernubuat bagi kehancuran Yerusalem, dimana setengah dari warga kota itu akan dilenyapkan. Dan hanya setengah juga yang diselamatkan.
Seandainya saudara-saudara…,kota Yerusalem diganti dengan kota anda. Bagaimana kita bereaksi? Pasti akan banyak reaksi…siapa yang bilang itu…pendeta siapa itu. Bayangan saya, seperti itu juga bangsa Israel ketika mendengar kabar ini…ada penolakan…sekalipun ada yang menerima.
Walaupun harus kita pahami, apa yang dikatakan oleh zakaria ini bersifat eskatologis, yaitu sesuatu yang akan terjadi pada hari-hari akhir. Perhatikan ungkapan “sesungguhnya akan datang hari yang ditetapkan Tuhan”. Maksudnya, pada suatu hari dan saat itu belum terjadi, tetapi akan terjadi.
Pada hari itu, kata Zakaria “Tuhan akan menjadi Raja atas seluruh bumi, pada waktu itu Tuhan adalah satu-satunya dan namaNya satu-satunya” (Zak 14:9).
Pada hari itu juga, akan terjadi teofani atau penampakan diri Allah. Ia akan muncul di atas Bukit Zaitun. Dan pada waktu Ia muncul, Yerusalem akan diserang dan Ia sendiri akan memimpin umat-Nya untuk berperang melawan bagsa-bangsa yang telah berkumpul di sana.
Saudara-saudara,
Di Alkitab, bukan hanya Zakaria saja yang berbicara tentang hari Tuhan. Bagian lain malah bicara tentang hari Tuhan yang sudah dekat. Dan catatan saya ada 10 kali nabi mencatat tentang hari Tuhan yang sudah dekat : Yoel 1:15; 2:1; 3:14; Obaja 15; Zef 1:7, 14 (dua kali) dan Yehezkiel 30:3 (dua kali). Demikian juga dalam Amos 5:18-20, hari Tuhan digambarkan dengan hari kegelapan dan penuh ratapan.
Malah dalam Perjanjian Baru, Hari Tuhan disebut dalam istilah yang baru : misalnya Matius 7:22; 1 Tes 5:4 menyebut sebagai hari terakhir; 2 petrus 3:12 menyebut sebagai hari Allah; Roma 2:5-6 menyebut sebagai hari murka Allah; dan 2 Kor 1:14; filipi 1:6;10 menyebut hari itu sebagai hari Tuhan Yesus Kristus.
Yang hendak dikatakan di sini adalah bahwa sekalipun beda-beda penyebutannya, tetapi hari Tuhan menunjuk pada maksud yang sama yaitu hari di mana Tuhan akan menghakimi dunia (Mazmur 9:9). Sehingga bagi bangsa Israel pemberitaan tentang hari Tuhan, selain menunjukkan tentang Kemahakuasaan Tuhan yang akan menghakimi segala kejahatan manusia, hari Tuhan juga bermakna sebagai peringatan atau tanda awas. Supaya sebelum hari itu benar-benar terjadi…Israel harus bertobat dari pelanggaran dan kejahatan mereka.
Lalu apa artinya bagi kita saat ini :
Pertama, berita ini tidak pernah ‘dicabut’ atau dihilangkan dari Alkitab. Artinya berita tentang hari Tuhan tidak hanya diberitakan bagi orang-orang yang ada di zaman Alkitab, tetapi juga dimaksudkan kepada kita, orang-orang masa kini.
Kedua, orang Kristen harus mempercayai akan hari Tuhan. mengapa kita harus mempercayainya? Karena ini merupakan salah satu pengakuan iman percaya kita. Bahwa “Yesus akan datang kembali dari sana untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati”. Dan orang Kristen juga percaya pada ‘kebangkitan daging’ dan ‘hidup yang kekal’.
Ketiga, adanya hari Tuhan hendak menegaskan bahwa pada waktunya yang akan menang adalah kebenaran dan keadilan. Jadi kalau sekarang, banyak dijumpai ketidakbenaran, ketidakadilan, ketidakjujuran, kemunafikan. Pada waktunya semuanya itu akan terbuka dan berbalik. Sehingga bagi mereka yang menderita karena ketidakadilan, karena mau hidup baik, yang jujur, yang benar, bertahanlah! Sebab semua penderitaan dan pengorbanan itu tidak akan sia-sia.
Keempat, kepercayaan akan hari Tuhan bagi kita ini bermakna untuk memberi peringatan. Atau tanda awas. Sehingga kalau sekarang ini kita masih hidup dengan semena-mena, dengan sewenang-wenang, atau mentang-mentang kaya dan punya kuasa bersikap tidak adil pada orang lain. Adanya hari Tuhan mengingatkan kita bahwa kekuasaan dan kekayaan itu tidak kekal, suatu saat kita akan menghadapi kursi pengadilan Tuhan.
Kelima, kepercayaan akan hari Tuhan, memang pada satu pihak mengerikan kedengarannya. Namun pada pihak lain, itu bukan akhir cerita. Hari Tuhan merupakan malapetaka bagi mereka yang jahat, tetapi kebebasan bagi yang benar. Ini mau mengatakan, kepada kita orang Kristen masa kini. Jangan takut kalau hari Tuhan itu tiba. Karena itu adalah hari kemenangan bagi orang benar. Jadi kalau kita sudah siap, siapa takut : hari ini, besok, kapan saja…kita sudah siap. Amin.