Sabtu, 23 Mei 2009

HIDUP SEBAGAI ANAK-ANAK TERANG

Efesus 5 : 1 – 10

Kehidupan manusia yang baru senantiasa berbeda dengan kehidupan manusia yang lama. siapa sebenarnya yang dimaksud dengan manusia lama dan siapa yang dimaksud dengan manusia baru?

Menurut Paulus, yang dimaksudkan dengan manusia lama adalah orang-orang yang hidup dalam keterasingan dengan Allah. Maksudnya, mereka itu tidak mau menaklukkan diri kepada Allah. Mereka juga tidak mau mengakui wibawa dan kuasa Allah. Hubungan dengan Tuhan dan sesamanya menjadi rusak dan hancur. Mereka menyerahkan diri pada hawa nafsu. Mereka mengerjakan segala kecemaran. Cara hidup mereka adalah cara hidup yang menghasilkan kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, fitnah dan berbagai macam kejahatan lainnya. Mereka inilah yang menurut Paulus, manusia lama yang akan menemui kebinasaannya. Mereka hidup di luar Kristus!

Lalu bagaimana dengan manusia baru. Siapa mereka?

Manusia baru adalah orang-orang yang sudah memperoleh keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus. Roh Kudus menggerakkan mereka bertobat, meninggalkan manusia lamanya. Kristus membaharui mereka. Pembaharuan di dalam Kristus membuat manusia itu hidup menurut jalan yang ditunjuk oleh Tuhannya. Roh kudus bekerja dalam hidup dan kehidupan mereka, sehingga terjadilah perubahan yang luar biasa : pola hidup baru ini mempengaruhi seluruh perilaku kehidupan mereka.

Itu berarti hubungan mereka dengan Allah dan sesama manusia sudah dipulihkan kembali. Mereka mengakui dan menerima wibawa dan kuasa Allah atas hidup mereka. Mereka percaya bahwa Kristuslah penentu hidupnya, Kristuslah pengendali hidup dan sejarahnya, Kristuslah penguasa atas hidup dan kehidupannya.

Jadi saudara-saudara, ciri dari kehidupan manusia baru merupakan kebalikan ciri kehidupan yang lama. Mereka yang hidup sebagai manusia baru adalah mereka yang membuang dusta-kebohongan dan berkata benar seorang kepada yang lain, tidak mencuri, tidak berkata kotor, berlaku ramah terhadap sesama, penuh kasih sayang dan saling mengampuni. Dengan kata lain, pembaharuan hidup itu mencakup hidup manusia seutuhnya dan mencakup semua segi dan aspek kehidupan. Teristimewa hubungan dengan Allah dan dengan sesamanya.

Dan kehidupan menjadi manusia baru dapat terjadi kalau kita hidup di dalam Yesus Kristus. Manusia yang dulu hatinya berpusatkan pada ego (egosentris), kini berbubah menjadi Kristosentris. Perubahan dalam Kristus membawa kita menjadi pujian bagi Kristus dan menjadi berkat bagi sesama. Tanpa pembaharuan di dalam Kristus kita akan kosong, kesepian, sia-sia dan kita menipu diri sendiri.

Efesus pasal 5, bebicara tentang perubahan apa yang terjadi dari seorang yang mengalami perubahan dalam Yesus Kristus. Perhatikan pasal 5:1, di situ dikatakan “sebab itu jadilah”. Secara harafiah, perkataan ini berarti “karena itu buktikanlah bahwa”. Apa yang hendak dibuktikan, yaitu apakah hidup kita tunduk pada Kristus. Disini disebut sebagai penurut-penurut Allah.

Dewasa ini banyak orang yang mengaku percaya pada Kristus, atau mengaku sebagai pengikut Kristus atau sebagai orang Kristen? Tetapi pertanyaannya adalah apa bukti bahwa kita percaya pada Kristus, apa bukti bahwa kita pengikut Kristus dan apa bukti kita menyebut diri sebagai orang Kristen?

Yang masih banyak dijumpai dalam kehidupan Kristen dewasa ini adalah Kristen KTP. Apa itu ? Yaitu Kristen tanpa Pertobatan. Sebutannya adalah Kristen, tapi praktek hidupnya tidak Kristen. Menyebut diri Kristen, tapi suka badusta, menyebut diri kristen, tetapi malas dan engan beribadah kepada Tuhan. Atau menyebut diri Kristen, tapi suka selingkuh kiri dan kanan. atau menyebut diri Kristen, tapi mudah tersinggung atau marah. Tidak ada keramahan dan kasih. Masih ada lagi yang menyebut diri Kristen, tapi tidak suka mengampuni. Dll.

Hal-hal seperti ini diperingatkan sangat keras oleh rasul Paulus kepada jemaat di Efesus. Supaya semua yang disebut dengan percabulan, rupa-rupa kecemaran dan keserakahan “jangan ada terjadi pada mereka”.

Apa arti jangan ada terjadi pada mereka? Artinya jangan berbuat! Sebab tidak pantas seorang yang sudah hidup dalam pembahruan Kristus kemudian pun hidup dengan cara-cara hidup seperti itu.

Makanya, Paulus mengingatkan kembali tentang kehidupan orang kudus. Karena kehidupan yang kudus mengingatkan kita atas segala sesuatu yang terpisahkan dari kebiasaan-kebiasaan yang duniawi.

Demikian pula dengan perkataan kotor. Kosong dan sebrono menurut Paulus. Hal-hal seperti ini tidak pantas dilakukan oleh seorang yang percaya kepada Kristus. Jadi soal-soal etika berkata-kata juga menjadi perhatian Paulus.

Adakalanya kita tertarik dengan percakapan percakapan kotor. Percakapan-percakapan yang kosong dan semrono? Yaitu percakapan-percakapan yang tidak benar. Atau percakapan yang terlampau terburu-buru. Seperti “belum tentu orang lain ikut bersalah, tapi kita sudah menuduh atas kesalahannya dengan kata-kata kita”.

Menurut Paulus, tidak sepantasnya seorang Kristen melakukan hal-hal seperti itu. orang-orang Kristen yang melakukan hal-hal seperti yang disebutkan tadi, justru akan melemahkan kekritenannya atau kesaksiannya.

Kalau saudara pernah mendengar kisah seorang tokoh Politik India yang terkenal namanya Mahatma Gandhi. Seorang yang terkenal dengan perjuangannya yang tanpa kekerasan. Yang juga memuja Yesus dan mempraktekkan keteladanan Yesus. Pernah ditanya, kenapa tidak menjadi seorang Kristen? Jawabannya adalah karena orang Kristen tidak lebih baik dari mereka. Artinya ia sendiri menyaksikan bahwa hidup orang Kristen tidak seperti apa yang diteladankan Yesus. Sekalipun ia sudah dekat dengan Yesus, ia sampai akhir hidupnya tetap menjadi seorang Hindu.

Banyak kali kekristenan kita, justru tidak menjadi kesaksian karena praktek hidup kita. Hidup kita justru melemahkan kekristenan kita.

Menurut Paulus, orang Kkristen tidak boleh demikian. Orang Kristen harus mempunyai karakter khusus yang berpegang pada Kristus. Dan karankter itu adalah sebagai anak-anak terang dan bukan anak-anak yang hidup dalam kegelapan.

Apa artinya hidup sebagai “anak-anak terang” atau “hidup dalam terang”?. Dalam kejadian 1, ketika Allah menciptakan langit dan bumi, yang paling pertama diciptakan oleh Allah adalah “terang”. Karena apa? Karena gelap adalah kekacauan. Allah menyukai ketertiban dan keteraturan.

Jadi seorang yang hidup dalam terang adalah seorang yang “hidupnya tertip”, hidup dengan norma-norma yang jelas dan ada arah yang pasti; tidak limbung ke sana kemari.

Sementara hidup dalam gelap adalah hidup yang meraba-raba. Tersandung-sandung. Terbentur-bentur. Hidup dalam ketidakjelasan dan ketidakpastian.

Orang Kristen seharusnya tidak begitu. Pada orang Kristen harus ada norma yang jelas dan pasti. Tahu apa yang benar dan apa yang salah. Tahu apa yang baik dan jahat. Tahu batas, tahu apa yang boleh dan apa yang tidak boleh.

Inilah ciri utama dari hidup dalam terang. Hidup dari orang yang mengalami pembaharuan di dalam Kristus. Yaitu bahwa hidup kita tidak sembarangan. Atau tidak asal-asal.

Hidup orang Kristen, mesti seperti yang dikatakan dalam Efesus 2:10 “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau supaya kita hidup di dalamnya.”

Atas firman ini, ada tiga hal yang dapat mengukur apakah kita adalah orang Kristen yang “asal-asalan” atau “yang kualitasnya baik” :

Pertama, kita adalah buatan Allah. Mari kita menanyakan diri kita apakah kita ini mempermalukan atau memuliakan Dia? Apakah kita membuat nama-Nya dipuja atau dicela? Kalau kita menyadari kita adalah buatan Allah, maka hidup kita harus memuliakan Dia!

Kedua, dalam Krisitus Yesus. Apakah hidup kita semakin mirip Kristus atau mencerminkan Kristus? Kalau benar kita hidup dalam Kristus, maka hidup kita harus mencerminkan kehendak dan kemauan Kristus.

Ketiga, melakukan pekerjaan baik. Apakah kita melakukan yang baik, yang membangun, yang mendatangkan sukacita dan damai sejahtera? Apakah kita melakukan atau membela yang benar, tetapi dengan cara-cara yang mendatangkan keresahan, perpecahan, pertengkaran, ketidaksejahteraan? Bisa jadi kita melakukan pekerjaan yang baik dengan tujuan yang benar, namun caranya tidak baik. Saya yakin, sebagai orang yang berkualitas baik, kita tidak melakukan hal yang demikian.

Karena yang harus kita lakukan sebagai orang Kristen – (apa pun yang kita lakukan) selalu bekerja dengan baik – dalam cara yang baik – untuk mendatangkan kebaikan. Kolose 3 : 17 mengatakan “dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita”.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar